Jadi budget traveler yaa
susah-susah gampang. Ingin tetap traveling tetapi dana terbatas, yaa salah
satunya menyiasati itinerary yang akan dibuat. Caranya gimana? Dengan mencari wisata gratis
di tempat tujuan. Banyak cara untuk menikmati traveling dengan cara murah kok.
Gak melulu harus berbayar. Memang, yang berbayar itu memang selalu menawarkan
hal yang menarik untuk dinikmati. Tapi, masih banyak juga kok tempat wisata yang
tidak kalah menawarkan hal menarik bagi wisatawannya.
Salah satunya Malaka. Kota yang
selalu menarik perhatian para traveler dari mancanegara, karena merupakan kota
warisan dunia UNICEF. Hanya berjarak sekitar
2 jam dari Kuala Lumpur, Malaka bisa kunjungi menggunakan bis dari Terminal
Bersepadu Kuala Lumpur lho. Karna jarak yang dekat, bisa jadi alternatif untuk
melakukan one day trip atau mungkin nginep semalam di Malaka.
Nah,bagi saya yang ingin explore
Malaka lebih lama akhirnya saya memutuskan untuk menginap dua malam di Malaka. Dan karna budget terbatas, saya harus mencari
aktifitas untuk menghemat budget namun tetap enjoy sebagai traveler.
Berikut adalah adalah beberapa
aktifitas yang bisa dilakukan secara gratis di Malaka.
Menikmati Waktu Sore Hari di Pinggir Sungai Malaka di Kampung
Morten
Wah, ini sih hidden gem
banget. Lokasi ini gak masuk ke dalam itinerary saya. Mungkin karna saya
kurang deep riset nya. Sehingga beberapa kali ke Malaka, lokasi ini
belum masuk ke daftar tempat yang akan saya kunjungi.
Lokasinya sendiri gak jauh dari
lokasi hotel tempat saya menginap. Di Jalan Pesisiran Bunga Raya. Tinggal jalan
kaki sebentar, lalu menemukan lokasi bengong yang syahdu banget. Di sini, tenang
banget dan terdapat beberapa anak tangga yang bisa digunakan untuk duduk
bengong menikmati manusia-manusia hilir mudik atau perahu wisata yang melewati Sungai
di depan saya waktu itu.
Di seberang Sungai terdapat
kampung Morten, sebuah perkampungan yang kata google merupakan sebuah kampung
yang masih menjaga bentuk rumah tradisional mereka. Mungkin mirip-mirip Bukhcon
Hanok Village yah kalau di Korea Selatan. Nah, sayangnya saya nggak sempat explore area
di perkampungan itu. Saya Cuma duduk bengon, lalu jalan jalan di pinggir Sungai
dan berdiri di depan jembatan penghubung dengan kampung tersebut.
Tapi, apa yang saya lalukan sudah
cukup membuat saya bisa menikmati slow living selama beberapa jam dengan berada
di pinggi Sungai ini. Betapa manusia itu memang butuh slow living sejenak untuk
menikmati hal-hal yang kadang terasa remeh jika bagi yang memiliki hidup serba
cepat. Seperti bengon doang, udah berasa malah sih menurut saya.
Menjelajahi Area Bangunan Merah.
Nggak lengkap rasanya jika ke
Malaka tidak ke Bangunan Merah. Area yang menjadi pusat wisatawan ini selalu
menarik untuk dikunjungi. Memang, tidak ada yang berubah dari tahun ke tahun,
karna mereka tetap menjaga agar tetap seperti awalnya, namun area ini selalu
menjadi magnet bagi wisatawan untuk terus meng-explore area yang ada.
Menaiki tangga salah satu bangunannya
saja sudah membuat berasa kaum bangsawan Eropa, apalagi mengagumi besarnya
bangunannya. Bisa seharian di sini.
Mengunjungi Gereja Santo Paulus.
Lokasinya berada di belakang area
Bangunan Merah. Berada di sebuah bukit yang bikin bisa melihat pemandangan kota
Malaka dari atas. Kalau di Macau ada reruntuhan gereja Santo Paulus, di Malaka juga
ada lho. Dengan nama gereja yang sama, dan namun bedanya bagian bangunan dari
Gereja Santo Paulus di Malaka masih lengkap kecuali bagian atapnya, gereja ini
masih mampu memberikan cerita tersendiri tentang betapa megahnya saat itu.
Walaupun bangunannya sudah tidak
selengkap dulu lagi, tap beberapa bagian masih bisa menggambarkan bahwa gereja
ini sangat besar. Karna di dalamnya terdapat beberapa ruangan seperti makam kuno
portugis, beberapa batu nisan yang disandarkan di dinding , beberapa hall
tempat ibadah serta beberapa ruangan kosong yang saya tidak tahu dulunya
berfungsi sebagai apa.
Menikmati Hiruk Pikuk Ramainya Jonker Walks.
Salah satu area ramai wisatawan
di dekat area Bangunan Merah adalah Jonker Walk Street. Kawasan ini adalah kawasan
ramah pedestrian yang di sepanjang jalan ditemukan banyak kedai dan toko. Kulineran di sini juga oke
banget. Apalagi jajan es cendol yang bikin seger dagaha di kala panas menyerang. Di area Jonker Walk ada
banyak kedai es cendol, salah dua nya adalah Kedai Es Cendol Nyonya yang topping
nya berbagai macam dan kedai Es Cendol Bibik House yang masih pakem dengan es cendol
original nya.
Bangunan di sini rata-rata masih
menggunakan model peranakan Tionghoa Malaysia. Sehingga cukup menarik wisatawan
untuk sekedar melihat. Area jalan ini cukup panjang, hingga nantinya bisa
menemukan area Museum Mansion Peranakan.
Mengagumi Bangunan Museum Baba & Nyonya Mansion
Peranakan.
Sebenarnya ini ga bisa dibilang
gratis sih. Karna untuk masuk ke dalam mansion tsb ada biaya masuknya. Cuma
kembali lagi ke tema budget traveler, menikmati dari luar saja sudah cukup
bagus. Memang, itu tidak sepadan dengan bagian dalam yang menurut informasinya
terdapat barang-barang peninggalan dari pemilik mansion ini terdahulu yaitu
keluarga Baba Chan sejak tahun 1896.
Bagian dalamnya sendiri masih terawat
dengan baik dan dijadikan museum. Nggak heran juga sih, dari tampak depan bangunan
masih terlihat bagus dan kokoh.
HTM : MYR 18 ( Dewasa ), MYR 13 (
Anak-anak )
Malaka itu memang cantik kotanya.
Slow Living sih. Tidak terlalu metropolitan seperti Kuala Lumpur. Jika bosan
dengan hiruk pikuk metropolitan, menyempatkan menginap di Malaka 1 atau 2 malam
cukup untuk mengisi energi.
Cerita tentang Malaka lainnya
sudah pernah saya tulis di artikel saya di blog ini.
So, kapan kalian ke Malaka?
Kiss & Hugs,
Vindri P.
Instagram : @veendoorie
Twitter : @veenzy
Youtube : @VindriIsHangingAround.
Email : Vindri.prachmitasari@gmail.com