I AM GONNA TELL YOU MY STORY

Kebiasaan saya semenjak menyukai traveling adalah motret. Bukan karna ingin pamer ke orang-orang, tapi lebih tepatnya mengabadikan momen yang mungkin tidak akan bisa saya jumpai lagi jika kembali ke kota atau negara tersebut.

Dan kebanyakan, saya memotret tentang kehidupan orang-orang di jalanan. Apa pun itu. Seperti mencoba melukis situasi dan kondisi saat saya traveling. Kamera yang saya gunakan juga bukan kamera kelas atas yang dimiliki fotografer hebat. Kamera saya hanyalah kamera pemula. Yang awalnya juga mencintai hobby ini juga tidak sengaja.

Berawal traveling ke Korea Selatan di tahun 2015, saya berhasil memotret seorang tour guide yang sedang mengarahkan peserta travel di depan salah satu pavilion istana. Saat itu saya sedang menunggu teman saya yang sedang pergi ke toilet, dan karna tidak tahu harus berbuat apa, saya memotret asal. Dan ternyata hasilnya cukup bagus. Dan saat itu kamera yang saya gunakan bukan kamera DSLR atau pun mirroless. Hanya kamera saku Casio Z820 saja. Memang hasilnya tidak setajam kamera sekarang, tapi cukup mumpuni untuk mengambil beberapa gambar bagus dan cukup wide sih.

Dan mulai saat itu, saya mulai belajar mengenai fotografi. Walaupun belum bisa dikatakan hebat, tapi saya cukup bangga dengan hasil foto saya. Beberapa foto saya ambil dengan kamera saku Casio Z820, Gopro7 dan Fujifilm X-A3.

Oia, ini beberapa hasil foto saya selama traveling dengan genre Street Photography. Mungkin beberapa foto sudah pernah saya tampilkan di beberapa artikel blog saya tentang traveling, tapi nggak apa-apa kan diposting lagi di artikel ini? Haha.

So, enjoy!

Suasana jalanan utama di Yangon, Myanmar

Ahjussi, jalanan dan gedung tinggi di Seoul

Kota Tua dengan segala pernak-perniknya.

Dunia penuh dengan sepeda motor di Ben Thanh Market

The Red Bus and the city of Ho Chi Minh

Upacara penggantian penjaga istana di Gyeongbokgung Palace

Pada sudut pandang petugas parkir Kota Tua

People have their own business at Kota Tua

Pembeli dan penjual kacamata di kawasan pecinan Glodok

The Two Ladies with theirs umbrella in Taipa Village, Macau

The Kid on the bridge at Shamian Island, Guangzhou

A lovely couple rode a bike at Kota Tua

Beautiful street at People community of Ho Chi Minh area

Beautiful night at Sudirman street

The people at Pedestrian Street, Ho Chi Minh

The rickshaw, the truck and the hotel in Penang

A friend with a view

Mushola & Toilet side by side

Itulah beberapa foto hasil jepretan saya ketika traveling atau explore Jakarta. Tidak begitu memukau tapi mampu mengabadikan momen yang terjadi saat itu.

Stay safe & keep healthy

Vindri P.

Instagram          : @veendoorie

Youtube             : Vindri Prachmitasari

Email                 : Vindri.prachmitasari@gmail.com

Traveling tanpa hotel atau penginapan adalah hal yang mustahil. Kecuali punya teman di tempat tujuan atau keluarga yang bisa menampung selama berada di sana. Tapi, tidak semua bisa seperti itu kan?! Saat mudik saya sedikit kesulitan untuk menentukan akan menginap di mana nanti di kota Palu. Tanah kelahiran saya sendiri itu sebenarnya memiliki beberapa hotel dan penginapan yang cukup banyak. Namun hotel dan penginapan itu juga harus dibarengi dengan kondisi keuangan serta kenyamanan yang bisa diambil dari review beberapa orang yang pernah menginap.

Seperti saya, rencana awalnya memang hanya ingin mudik ke kota Palu, tapi di tengah waktu sebelum akhirnya mudik, saya berpikiran bagaimana kalau melanjutkan sambil traveling ke kota dekat kota Palu yaitu kota Makassar. Maka hotel yang awalanya sudah saya booking, harus saya cancel demi menghemat anggaran agar bisa traveling ke kota Makassar.

Lalu, perdebatan pilihan muncul sudah. Berbagai hotel dan penginapan yang ditawarkan serasa sulit untuk dipilih. Baik dari segi harga maupun lokasi dan kenyamanan. Karena budget terbatas maka saya harus pilah-pilih dari sekian banyak penginapan yang di ada di Kota Palu.

Dan untungnya di tengah kebingungan ternyata saya menemukan sebuah hotel yang terasa homey banget kelihatannya berdasarkan foto yang ada di tiket.com. Mulailah saya mencari review dan akhirnya saya memutuskan untuk menginap di hostel tersebut.

Nama hostelnya – REGO HOUSE HOTEL – hotel berbentuk rumah yang terliat nyaman banget. Tapi, apakah beneran nyaman seperti review orang-orang? Mari kita buktikan.

Proses check-in

Sama seperti hostel-hostel lainnya, proses check in dimulai di jam 2 siang. Saat itu saya tiba di kota Palu pukul 12 siang. Karna check in masih lama, maka saya mampir dulu di sebuah toko serba ada di area lain.

Proses check-in nya mudah, cukup melampirkan bukti booking-annya beserta KTP. Setelah itu, langsung bisa masuk ke dalam kamarnya.

Ukuran Kamar

Karna saya menginap dengan Ibu saya, maka saya harus mencari kamar yang nyaman dari segi ukuran, dan interiornya. Dan Alhamdulillah saya mendapatkannya di Rego Hotel. Ukuran kamar sangat besar, lengkap dengan 3 kursi bulat besar yang terbuat dari rotan, meja kerja, lemari pakaian, meja rias, tv kulkas 1  pintu.  Rasanya seperti kamar sendiri. Apalagi ukuran  ranjangnya cukup besar dan nyaman.

Oia, kamar mandi juga terdapat di dalam kamar dan itu cukup luas, terdapat air pancuran yang dilengkapi dengan pemanasnya.

Sarapan.

Karna saya memilih paket dengan sarapan yang saya butuhkan saat hari terakhir puasa di sana, maka sarapan tsb dijadikan sebagai makanan untuk sahur. Saat itu yang disediakan adalah nasi goreng dengan telur cepok. Dan dibuatkan saat menjelang sahur. Saat itu saya meminta ke petugasnya bahwa untuk sarapan di tanggal terakhir puasa, dijadikan makanan sahur saja.

Namun, untuk hari-hari berikutnya, sarapannya cukup simple, roti tawar dengan taburan cokelat meses dan teh. Cukup mengenyangkan karna rotinya cukup tebal.

Interior Hotel

Berasa rumah milik sendiri sih lebih tepatnya. Karna semuanya ditata senyaman mungkin. Mulai dari perabotan saat di lobby, ruang makan, kamar serta terasnya. Memang sih ini lebih tepatnya guesthouse gitu cuma tetap aja nyaman.

Lokasi

Berada di pusat kota Palu. Dan berada di area hunian masyarakat palu. Tidak bising lalu lalang kendara karena berada di dalam gang yang hanya muat satu mobil. Untuk transportasi sebaiknya menggunakan taksi atau ojek online karna kendaraan umum di sini seperti angkot kurang tersedia.

 Alamat :

Jl. Tj. Balantak No.11 Lolu Selatan, Palu, Palu, Palu, Indonesia, 94111

Rate per kamar

Untuk kamar jenis family + sarapan harga per malam yang saya dapatkan saat itu adalah IDR 390.000 per malam dan total selama 5 hari adalah IDR 1.950.000 dikurangi diskon dari Tiket.com menjadi IDR 1.755.000. Masih tergolong murah dengan service-nya.

My whole two cents.

Nyaman, murah, homey, dan bikin betah sih sebenarnya. Pokoknya kalau ke kota Palu lagi mencari tempat penginapan murah dan nyaman saya rekomendasikan di Rego Hotel yah. Memang tempat penginapan di kota Palu tidak sebanyak penginapan di kota lain seperti Bali. Tapi, dengan adanya penginapan seperti Rego Hotel, saya cukup terbantu juga lho.

Stay safe & stay healthy

Vindri P.

Instagram : @veendoorie

Emai           : Vindri.prachmitasari@gmail.com

Youtube     : Vindri Prachmitasari

Akhirnya, saya naik pesawat lagi setelah 2 tahun lebih mendekam di rumah. Baik karna masih kerja di rumah atau pun karna peraturan PPKM yang njelimet bikin saya ogah ke mana-mana.  Walaupun ini Cuma perjalan mudik ke Palu, Sulawesi Tengah, tapi euphoria naik pesawat itu yang bikin segalanya terasa baru lagi. Kali ini saya tidak akan menceritakan perkara mudik saya, karna saya pure mudik bukan jalan-jalan yang mana lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga besar dibanding eksplor kota Palu sendiri.  Oia, jika ingin tahu ada apa aja di Kota Palu, sila baca di postingan blog saya ini yah dan di sini juga. Mostly tempatnya masih sama seperti saat ini walaupun ada kejadian Tsunami 2018 sebelumnya yang menyebabkan beberapa kawasan wisatanya masih belum pulih.

Ngomongin Makassar, saya memang berniat untuk mengunjungi kota ini saat mudik selesai. Karna letak kotanya tidak jauh dari kota Palu which is masih satu pulau, jadi transportasi udara ke Makassar tidak akan sulit dan Makassar selama ini Cuma jadi kota transit saja, makanya saya ingin menjelajahi kota Makassar. Walaupun, harga tiketnya melambung tinggi seperti harga tiket ke Singapore atau Malaysia sekali jalan ataupun PP kalau dapat diskon. Ampun dah..!!

First impression saat tiba di Kota Makassar, WOW! Beda banget dengan Kota Palu. Makassar terasa lebih modern dan jauh lebih maju. Bukan maksud menjelekkan tetapi itu adalah kenyataan di lapangan di mana pembangunannya sepenglihatan saya sudah sangat merata. Jalan tol yang lumayan luas dan panjang. Tata kotanya seperti kota besar di pulau Jawa dan banyak gedung-gedung tinggi yang menghiasi kota Makassar. Tidak heran memang jika Makassar dijadikan pusat kota metropolitan khusus daerah Indonesia Tengah dan Timur.

Lalu, selama di Makassar, apa saja yang saya lakukan untuk menjelajahi kota tersebut?

Sini-sini, saya ceritakan, ada apa saja yah di Makassar?

 1.       Menikmati senja di Pantai Losari

Perahu Cafe di tepi pantai Losari

Pernah membaca di salah satu artikel bahwa Pantai Losari adalah lokasi yang bagus untuk menikmati matahari terbenam aka sunset. Dan saya tidak meragukan itu. Suasana tenang, teduh serta romantis tergambar saat matahari mulai terbenam. Pantai,angin sepoi-sepoi,  nyiur pohon kelapa, dan senja adalah kombinasi sempurna untuk menikmati sunset di Pantai Losari.

Kawasan ini tidak terlalu ramai saat saya berkunjung. Hanya ada beberapa turis lokal lainnya sama seperti saya yang tidak henti-hentinya mengabadikan Pantai Losari beserta bangunan di sekitarnya saat senja tiba. Apalagi sambil menikmati minuman hangat khas Makassar yaitu Saraba dan Pisang Epe, semua terasa menakjubkan.

 2.       Mengabadikan Masjid 99 Kubah di Pantai Losari

Masjid 99 Kubah di saat sunset

Masjid 99 Kubah menjadi ikon baru bagi kota Makassar. Karna arsitekturnya yang unik dengan 99 kubah yang didasarkan pada 99 nama Allah, dan bentuknya yang mirip salah satu landmark di Rajasthan di India.  Berlokasi di sebarang anjungan pantai Losari, membuat Masjid 99 Kubah selalu jadi bahan hasil jepretan traveler ataupun fotografer yang juga sedang berada di Pantai Losari. Apalagi jika diambil saat matahari terbenam, benar-benar membuat hasil foto terasa keren.

3.       Mencoba Mie Titi yang Legendaris.

Dari dulu selalu penasaran dengan rasa dari Mie Titi. Dan akhirnya saat dating ke Makassar , dan kebetulan di dekat hotel terdapat cabang Mie Titi yang terkenal itu, bisa juga mencobanya. Dari segi bentuk, Mie Titi ini seperti CwiMie Malang. Mie nya yang digoreng kering dan disiram dengan kuah kental khas Mie Titi. Dan wow, porsinya banyak banget. Kayaknya bisa buat berdua deh. Tapi, dasar perut saya super elastis, jadinya porsi tersebut masih masuk di perut saya. Soal rasa jangan ditanya deh, enak dan gurih gitu rasanya.

Oia, nama kedainya Mie Titi Datu Museng. Kedai Mie Titi ini terletak di Jalan Datu Museng Makassar, makanya disebut Mie Titi Datu Museng.

Harga   : IDR 44.000 per porsi Mie Titi Seafood

Alamat : Jl. Datu Museng No.23, Maloku, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90115

 4.       One Day Trip to Rammang-Rammang

Sejak melihat lokasi ini di salah satu iklan pariwisata Indonesia , Rammang-Rammang sudah masuk ke dalam daftar daerah yang akan saya kunjungi berikutnya. Memang saat itu, belum diketahui kapan akan bisa mengunjungi, Cuma jika dikasih kesempatan, Rammang-Rammang harus masuk ke dalam daftar itu. Dan Alhamdulillah, kesempatan itu datang ketika saya merencakanan liburan ke Makassar setelah libur lebaran.  Dan tempatnya worth to visit.

Rammang-Rammang merupakan sebuah tempat di gugusan pegunungan karst Maros-Pangkep, yang merupakan karst terbesar ketiga di dunia dengan luas sekitar 43.700 hektar dan memiliki 280 gua. Sebanyak 16 gua di antaranya menjadi situs prasejarah.

Berada di Rammang-Rammang berasa sedang berada di lokasi syuting Kong-The Skull Island. Kontur area dan pengunungannya mirip sehingga seperti berada di dimensi lain. Perjalanan yang memakan waktu sekitar 2 jam dari pusat kota Makassar dengan menyewa mobil. Lalu ketika sampai di lokasi yaitu di dermaga 1 atau 2, kami melanjutkan dengan menyewa perahu sebesar IDR 200.000 dengan kapasitas 4 orang. Sewa perahu ini untuk menuju ke kampung Berua dengan menyelusuri Sungai Pute.

Mengarungi sungai Pute

Dan ketika sampai di Kampung Berua, semuanya tampak berbeda. Deretan pegunungan kapur yang menjual dan mengelilingi desa, hijaunya pohon—pohon yang memenuhi dinding-dingin pegunungan kapur, serta hamparan sawah memenuhi yang menenami jalan-jalan setapak. Cuacanya memang sangat panas dan lembab sehingga membuat gerah, makanya disarankan selalu menggunakan dan re-apply sunscreans. Tidak heran kedua lengan saya sempat [eroj larma ternalar matahari saking panasnya.

HTM Kampung Berua : IDR 5.000

Sewa Perahu seharian : IDR 200.000 untuk 2-4 orang

Parkir : IDR 10.000

 5.       Kembali ke kejayaan Benteng Rotteram

Perjalanan hari terakhir saya di Makassar sudah hampir berakhir. Di hari terakhir saya mengunjungi sebuah Benteng Rotterdam atau Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang yang merupakan benteng peninggalan kerajaan Gowa – Tallo . Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung.

Untuk menuju ke Benteng Rotterdam, cukup menggunakan pete-pete dengan kode L jika hotel di sekitaran Pantai Losari. Dan membayar dengan tarif IDR 7.000 saja. Untuk memasuki Benteng Rotterdam cukup membayar iuran sukarela seikhlasnya. Saat itu saya membayar IDR 10.000 untuk bertiga.

Lalu bagaimana isinya? Besar dan luas banget. Mungkin karena benteng ini sendiri dulunya adalah sebuah markas pasukan katak dari kerajaan Gowa Tallo sehingga cukup besar. Namun, sejak menandatangani perjanjian dengan pihak Belanda dan salah satu pasalnya adalah menyerahkan benteng ini ke pada pihak Belanda, benteng ini berubah nama menjadi Fort Rotterdam, karna gubernur jendral Hindia Belanda saat itu yang bertugas adalah Cornelis Speelman  yang merasa kangen dengan kampung halamannya di Rotterdam. Benteng ini kemudian beralih fungsi menjadi pusat penampungan rempah-rempah untuk Indonesia wilayah timur.

Terdapat lima gedung di dalam komplek benteng ini :

1.       Bastion Bone , terletak di sebelah barat

2.       Bastion Bacam , terletak di sudut barat

3.       Bastion Buton, terletak di sudut barat

4.       Bastion Mandarsyah, terletak di sudut timur

5.       Bastion Amboina, terletak di sudut tengggara.

Jam operasi : Buka setiap hari, dari jam 9 pagi hingga jam 7 sore

HTM : Bayar iuran seikhlasnya

3 hari 2 malam memang sepertinya cepat sekali berlalu. Karna masih banyak obyek wisata di kota Makassar serta beragam kuliner yang bisa dinikmati. Namun, karna kerjaan di Jakarta sudah menumpuk dan harus kembali untuk mengumpulkan pundi-pundi receh buat traveling lagi, maka lburan di Makassar sampai di sini.

Stay health & Keep safe.

Vindri Prachmitasari

Email                   : Vindri.prachmitasari@gmail.com

IG                        : @Veendoorie

Youtube                :  Vindri Prachmitasari

Setiap membuat rencana perjalanan ke luar negeri, mencari makanan halal di tempat tujuan merupakan hal yang penting. Apalagi bagi Muslim Traveller. Makanan halal itu penting banget. Tapi, kadang tidak semua negeri menyediakan kedai makanan halal di negeranya. Apalagi jika negara tersebut memiliki warga Muslim yang minoritas. Tapi, bukan berarti tidak bisa makan atau mencoba makanan lokal di negara tersebut.

Maka dari itu, melakukan research sebelum berpergian adalah hal penting. Agar bisa mengetahui kondisi di negara tersebut serta menyiasatinya. Tapi, untung saja, perjalanan terakhir saya ke Ho Chi Minh, Vietnam sebelum pandemi Covid-19 menyerang, kota itu menyediakan berbagai pilihan kedai halal yang bisa dinikmati oleh Muslim Traveller seperti saya.

Berikut adalah 4 kedai makanan halal yang bisa dinikmati ketika traveller sedang berkunjung ke Ho Chi Minh, salah satu kota metropolitan di Vietnam.

The Daun Restaurant

Banyak review dari blogger-blogger muslim lainnya tentang kedai ini. Selain halal, makanan yang disajikan adalah makanan otentik khas Vietnam.  Makanya saya masukan ke dalam itinerary saya saat berkunjung ke Ho Chi Minh untuk mencicipi cita rasa makanan Vietnam yang terkenal di seluruh dunia. Saya penasaran, apakah rasanya lebih enak dari yang biasa saya cicipi di Jakarta. Dan ternyata memang seenak itu. Lebih enak dari restaurant Vietnam di Jakarta. Walaupun harganya sedikit lebih mahal dari jenis makanan Vietnam kebanyakan, tapi the price worth to pay.

Selain makanan khas Vietnam, mereka juga menjual makanan khas Singapore dan Malaysia serta Western food. Yaa karna nggak heran sih, pemilik kedai ini adalah orang Singapore Muslim yang sudah lama tinggal di Ho Chi Minh.

Dekorasi kedainya cukup sederhana tidak terlalu besar namun cukup menampung pelanggan yang di atas 10 orang. Selain itu banyak artikel-artikel tentang pemilik dan kedai ini di koran-koran lokal Singapore yang dipajang di dinding kedai. Sehingga sedikit memberikan informasi mengenai usaha yang dirintisnya. Oia, pemiliknya cukup ramah untuk ditanyai mengenai kedainya lho.

Oia, karna ini kedai sederhana jangan mengharapkan tempat yang mewah ataupun estetik yah. Lokasinya sendiri dekat dengan pasar Benh Thanh. Baru baca dari websitenya, kedai ini sedang tutup untuk sementara waktu sampai batas waktu tidak ditentukan. Pasti karna pandemic.

Harga Makanan : VND 95.000 – VND 150.000 per makanan

Alamat : 48 Lê Lai, Phường Bến Thành, Quận 1, Thành phố Hồ Chí Minh, Vietnam

Kedai Halal H. Osman

Berlokasi di dekat Benh Thanh Market, hanya berjarak sekitar 500 meter, dan sering disebut sebagai Malaysia Road karena di sepanjang jalan banyak restoran atau kedai makanan Malaysia atau menjual pernak Pernik berbau Malaysia bahkan menerima pembayaran dalam Ringgit Malaysia, tidak heran jika area ini sering dijadikan sebagai spot kuliner halal di Ho Chi Minh.

Salah satunya adalah kedai Halal Food H. Osman yang pernah saya coba waktu berkunjung ke Ho Chi Minh. Sehabis berbelanja memang waktu yang tepat untuk mengisi perut kosong dengan makanan khas Vietnam dari kedai H. Osman.

Masuk ke dalam kedai akan disambut dengan berbagai tulisan halal di dinding dekat meja kasir serta foto-foto menu makanan yang terpajang di dinding. Tidak butuh waktu lama ketika harus memesan menu makanan, karena semua ditulis dengan huruf latin dan berbahasa Inggris sehingga jadi tau apa yang mau dipesan.

Saat itu saya memesan Pho karena saya lagi pengen banget nyoba Pho di negeri aslinya. Dan ternyata, rasanya sama enaknya seperti di kedai The Daun. Tapi di kedai Osman ini harganya lebih mruah ketimbang di The Daun. Dan untuk Pho sendiri di Kedai Osman sekitar VND 70.000 atau sekitar IDR 45.000 per porsi. Untuk rasa, cukup enak. Rasa khas Vietnamnya karena daun ketumbarnya bikin semua terasa sedap.

Harga Makanan : VND 40.000 – VND 150.000 per makanan

Alamat : 35 Nguyễn An Ninh, Phường Bến Thành, Quận 1, Thành phố Hồ Chí Minh, Vietnam

Halal @Saigon Restaurant

Jika sedang berada di Nguyen Hue Pedestrian Street, kedai halal ini adalah pilihannya. Terletak tidak jauh dari Nguyen Hue Pedestrian Street, hanya beberapa blok melewakti bangunan toko-toko di sekitar dan persis berada di seberang masjid.

Interior restorannya lebih berkelas dibanding dua kedai sebelumnya. Apalagi dindingnya didominasi warna biru muda dan beberapa ornamen yang dipajang di dinding. Meja dan kursinya lebih banyak sehingga mampu menampung banyak pembeli nantinya. Yaa, bisa dibilang fine dining gitu deh.

Menunya cukup variative namun karena saat itu saya butuh nasi karena dari beberapa hari belum bertermu nasi maka sebagai orang Indonesia yang tidak bisa lepas dari nasi, saya memilih menu yang cukup ditemukan di mana mana, nasi goreng seafood ala Vietnam dan Fresh Spring Rolls.

Memang dari segi harga, menu makanan di sini lebih mahal. Harga nasi goreng saja sekitar VND 169.000 untuk semua varian nasi goreng atau sekitar IDR 107.000 per porsi belum lagi dengan spring rolls nya VND 139.000 atau sekitar IDR 87.500. Tapi sudahlah yah, karena kebutuhan makanan halal adalah hal yang utama, maka harga menjadi hal belakangan.

Keuntungannya karena berada di depan masjid, maka bisa dengan mudah untuk menjalankan sholat bagi yang belum menjalankannya.  Lalu, bagaimana dengan rasanya, lumayan untuk nasi goreng dan oke untuk spring roll nya. Oia, sampai saat ini restoran ini tetap buka lho.

Harga : VND 79.000 – VND 399.000 per porsi makanan

Alamat : 31 Đông Du, Bến Nghé, Quận 1, Thành phố Hồ Chí Minh, Vietnam

 Hummus and Grill Halal Restaurant Saigon

Baru aja mau menuliskan mengenai kedai ini, eh ternyata sudah tutup permanen. Sayang banget padahal ini bisa menjadi opsi bagi yang bosan dengan makanan Malaysia atau Vietnam. Tapi, nggak apa-apa saya masih bisa menceritakan pengalaman saya saat menikmati makanan di sini.

Dari segi namanya saja sudah terdengar bahwa ini adalah makanan dari Timur Tengah. Dan memang menu yang disajikan  adalah makanan dari Timur Tengah. Yang kangen nasi biryani bisa di sini tersedia, menu hummus platter adalah yang terbaik saat itu. Berbagai jenis hummus beserta rotinya disajikan dalam paket yang lumayan ekonomis. Karena bisa mencicipi semua jenis hummus dalam satu piring besar.

Tempatnya saat itu tidak terlalu besar bahkan lumayan nyempil karena diapit oleh restoran wester dan pub lainnya. Jadinya kalau tidak jeli, suka nggak keliatan.

Dari segi rasa enak dan mengenyangkan. Di tambah lokasinya dekat dengan hotel saya menginap saat itu.

Harga : VND 50.000 – VND 200.000

Alamat : 75/16 Phạm Ngũ Lão, Hem 28 Bui Vien, 700000, Vietnam

Well, walaupun beberapa kedai ada yang tutup permanen ataupun tutup sementara, tapi dari beberapa referensi kedai halal di Ho Chi Minh bisa mengindikasikan bahwa sebenarnya kalau mau dicari makanan halal di luar negeri itu ada kok. Yang penting mau berusaha untuk cari tahu sebelum berangkat. Semoga beberapa kedai yang sedang tutup sementara, bisa segera buka dan ketika traveling ke Ho Chi Minh, kita bisa menikmatinya. Semoga saja ketika Covid-19 sudah mulai jadi endemi, kedai-kedai tersebut bisa buka kembali.

Stay Health & Safety

Vindri P.

Email : Vindri.prachmitasari@gmail.com

IG    : @Veendoorie

Youtube : Vindri prachmitasari