Sebagai penggemar bangunan kuno,bersejarah dengan arsitektur menarik, maka ketika memutuskan untuk ke Semarang, Lawang Sewu sudah menjadi daftar wajib tempat yang harus saya kunjungi.
Padahal kalau diingat-ingat, beberapa tahun lalu, Lawang Sewu pernah menjadi tempat uji nyali beberapa acara televisi. Boleh dikatakan sebagai kawasan yang penuh mistis. Namun, itu dulu. Hal itu karna dulu bangunan ini masih
kurang terawat. Sehingga hawa angker, mistis dan seram selalu jadi ciri khas Lawang Sewu. Namun, berbeda dengan sekarang. Banguannya sudah direnovasi sehingga aura mistisnya sudah hilang dan berganti menjadi Lawang Sewu yang
cantik.
Untuk menikmati Lawang Sewu tidak perlu harus menunggu saat pagi dan siang hari saja, karna Lawang Sewu beroperasi dari pagi hingga jam 08.30 malam. Jadi, bagi yang dari pagi sibuk
dengan kunjungan wisata tempat lain masih bisa menikmati Lawang Sewu di malam hari. Cukup membayar HTM IDR 10.000 per orang sudah bisa memasuki semua gedung di Lawang Sewu.
Tidak hanya itu saja, bagi yang ingin ditemani oleh pemandu wisata di Lawang Sewu bisa juga kok. Cuma ada biaya tambahannya. Saya sendiri saat ke Lawang Sewu memutuskan untuk menimkati
tanpa pemandu wisata. Karna ingin bebas menjelajahi semuanya walaupun mungkin saya jadi tidak mendapatkan informasi lebih rinci mengenai setiap bangunan yang ada di Lawang Sewu.
Nah, bagi yang belum tahu, Lawang Sewu itu dibangun di tahun 1904 dan selesai di tahun 1907.Lawang Sewu dibangun oleh duo arsitek Belanda bernama Klin Hammer dan BJ Odag. Pada awalnya
Lawang Sewu dibangun sebagai kantor perkeretaapian di zaman penjajahan Belanda yang bernama Nederlandsch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS). Sehingga tidak heran jika bangunannya memang berarsitektur Belanda. Bahkan saya merasa bahwa Lawang Sewu itu seperti kastil saja. Besar banget soalnya.
Lalu, apa saja yang ditawarkan oleh Lawang Sewu?
Karna Lawang Sewu adalah bekas kantor perkeretaapian di zaman Belanda, maka Lawang Sewu menawarkan beberapa rapa foto dan lukisan dari gedung Lawang Sewu sendiri. Tidak hanya itu saja,
Lawang Sewu juga menawarkan beberapa barang-barang peninggalan alat-alat yang berhubungan dengan kereta api dan stasiunnya. Sebut saja mesin hitung, telefon yang terbuat dari kayu, lemari untuk penyimpanan tiket kereta api
serta beberapa gambaran visual yang diceritakan melalui televisi yang ada di salah satu ruangan di Lawang Sewu.
Ssalah satu ruang pameran lukisan Lawang Sewu |
Lukisan Lawang Sewu |
Selain bisa menikmati sejarah dari Lawang Sewu, pengunjung juga bebas untuk berfoto di selasar Lawang Sewu. Karna Lawang Sewu memiliki pintu yang banyak - tidak heran memang Lawang Sewu
disebut juga dengan seribu pintu - maka hasilnya akan menjadi menarik.
Salah satu selasar yang oke buat foto |
Ada satu spot menarik yang di Lawang Sewu, yaitu sebuah jendela besar yang memiliki motif mozaik unik. Gambaran mozaik di jendela itu sendiri adalah dua orang wanita yang sedang memegang
api dan salah satunya memegang guci yang berisi air. Konon katanya, itu melambangkan kereta api uap lho. Sebenarnya akan lebih terlihat lagi gambaran di mozaik itu kalau datang di siang hari. Namun, di malam hari juga tidak
kalah cantik kok.
Mozaik di jendela |
Prasasti tepat di depan tangga sebelum menuju ke jendela mozaik |
Dan yang unik lagi, tangga batu dan dinding batu yang ada di sekitaran jendela mozaik ini didatangkan langsung dari Jerman. Sampai sekarang pun bentuknya masih terlihat kokoh dan tidak
mengalami kerusakan sedikit pun.
Namun sayang, saat itu untuk mengunjungi lantai dua tidak bisa. Karna masih dalam tahap renovasi. Namun, tetap saja, Lawang Sewu menarik untuk dikunjungi, karna ketika hanya berdiri
dan bersandar serta diam di tubir-tubir tiap bangunan, lampu-lampu di tiap jendela di Lawang Sewu bersinar terang seperti dihujani emas di malam hari.
So, tidak ada lagi kesan seram di Lawang Sewu.
XoXo
Vindri P.
Instagram : @veendoorie
Twitter : @veenzy
Facebook : https://web.facebook.com/Vindri.P