[ EDISI KUALA LUMPUR ] - 5 DAYS IN MALAYSIA - DAY 3 - THE HOTTEST MELAKA
1:34:00 PM
Kali ini perjalanan kami akan sangat jauh dari kota KL.
Artinya kami melipir ke kota kecil di Malaysia. Malaka. Kota Unesco World
Herritage emang harus dikujungi. Selain karna karna banyak situs peninggalan
penjajahan Portugis, kota ini beda banget dengan KL yang penuh dengan hiruk
pikuk manusia.
Itinerary Day 3 |
Untuk menuju ke Malaka Sentral, kami diharuskan memalui jalan
panjang. Yaitu, naik KTM Komuter Line ke TBS ( Terminal Bersepadu Selatan),
lalu dari stasiun TBS ke TBS tempat pembelian tiket dan berkumpulnya semua bus
ke luar kota KL.
Pertama kali sampai ke TBS stasiun, kami melewati connecting
bridge menuju TBS hall nya. Dan di sana beuuuhhh gede banget. Berasa udah
seperti di bandara. Pembelian tiketnya saja sudah menggunakan computerize,
bukan nyobek tiket gitu. Trus saat beli harus pake Passport lho, buat data di
di tiket tsb. Dan setelah itu kita di harus masuk ke gate yang di tuju.
Modelannya yaa kayak cek in saat mo depart di bandara. Ruang tunggunya super
nyaman. Dan nggak berasa kalo harus nunggu 1 jam-an.
Boleh dong nunggu bus sambil foto dulu di ruang tunggu TBS hihi |
Ah di saat seperti ini, jadi keinget Terminal Terpadu Polo
Gebang yang sampai sekarang saya belum tahu updatenya lagi. Padalah, diharapkan
terminal tsb bisa menjadi terminal seperti di TBS Kuala Lumpur ini lho.
Oia, duduk di dalam bus itu harus sesuai dengan nomor seat di
tiket yah. Nggak boleh sembarangan. Tempat duduknya enak dan bisa di turunin
buat yang mau tidur gitu.
Perjalanan butuh waktu sekitar 3 jam. Jauh banget. Udah
berasa kayak dari Jakarta ke area Jawa Tengah sana hihii. Tapi yang enaknya, di
sana nggak macet. Jalanan lancar udah kayak punya jalan sendiri. Cuma pas udah
mau masuk Malaka sekitar 1 km ada macet. Mungkin karna banyak bus pariwisata
yang datang dan pergi.
Dan sekitar jam 2.30 an kita sampai di Malaka Sentral. Eits,
tapi bukan berarti perjalanan berakhir, kami harus nyambung lagi dengan bus
lokalnya ( no. 17) menuju Bangunan Merah
area di tengah kota. Biayanya hanya RM1.75 kalau tidak salah per orangnya dan
boooo, penuh bangettttt busnya. Saya dan teman-teman lainnya sampai harus
berdiri. Tapi, karna udah terbiasa di JKT yang berjejelan kayak gini di
Transjakarta. Ini mah masih nyantei hahah.
Saat perjalan kita pikir, ini akan jauh beda dengan situasi
penumpang di Jakarta yang naik dan turun semaunya. Tapi ternyata, di Malaka
sama aja hahah. Malah ada calon penumpang yang lari-lari demi ngejar bus dan
akhirnya bus nya berhenti buat naikin calon penumpang itu dengan kondisi udah
penuh sesak gini. Wuihhhh.. sama bae hahahah. Lalu, peraturannya kan kalau mo
turun itu lewat pintu depan eh penumpangnya turun di pintu belakang dan bukan
di halte lho, jadinya doi nggak bayar, dan itu sudah direlain sama Pak Cik nya
hahah.
Nggak lama kita sampai di komplek Bangunan Merah. Kita turun
dan omigooooddd, panas beeuuudddd. Ini mah lebih-lebih panasnya Jakarta
Selatan. Ini panasnya Tanjung Priok dan sekitarnya. Yaa nggak heran sih, deket
laut itu Malaka, jadi siap-siap gosong dan belang hahah.
Pas di Bangunan Merah, langsung ke inget sama komplek Gedung
Fatahilla di Kota deh. Coba bener-bener di rawat dan dijadikan kawasan wisata
nyaman, pasti deh bisa masuk Unesco World Herritage juga tuh. Dan denger-denger
lagi di gadang-gadangin nih ama Pak Ahok. Aminn.. segera yah pak!
Foto di area StudHuys |
Di lokasi Bangunan Merah itu, ada Gereja Christ Chruch yang u
dah ratusan tahun umurnya. Liat aja tahun pembuatannya pas di bawah nama gereja
tsb. Lalu di sebelahnya adalah StadHuys. Kalau nggak salah itu sekarang jadi
museum deh. Lalu ada air mancur Ratu
Victoria tepat di depan gereja itu. Dan
nggak jauh dari air mancur ada Menara Jam Malaka. Lalu kalau kita jalan ke
depan yanga ada bangunan putih di ujung jalan sana, itu mulai memasuk area
Farmosa. Dan kalau ke kanan maka bisa liat kincir angin Belanda dan sungai di
sekitarnya. Cuma sayang, kita nggak ke kincir angin. Soalnya, kita hanya
mengikuti ke mana langkah kaki kami jalan, ajegileee..
Sepanjang perjalanan menuju kawasan Farmosa, kami kehausan,
kepananasan, itu matahari udah kayak di atas ubun-ubun. Panasssnya poooolllll.
Ade saya sampai harus beli topi seharga RM10 di sekitar situ. Tapi tetep yah, foto-foto
narsis tetap dilakukan. Itu mah kudu hihihi.
Kami lanjutin lagi sampai nemu berbagai museum di sekitar
situ, kami sih nggak masuk Cuma foto-foto di depannya aja. Lalu, akhirnya nemu
benteng A Fomosa bekas peninggalan Portugis. Saat itu hanya ade saya saja yang
foto di situ, yang udah dewasa pada melipir neduh hahahah.. Ketahuan deh umur
nggak bisa boong hihi.
Dan cek per cek, kami belum makan siaanggg! Omigood, bahaya
ini, udah dehidrasi, kepanasan, belang, item, keringetan, belum makan pula.
Padahal udah hampir jam 5 sore lho. Bisa tewas ntar kalau nggak di cepetin hihi.
Untungnya di depan mata kita itu ada Mall Dataran Pahlawan.
Yo wes, kami jalan ke situ dan ngadem di AC. Oh Tuhan! Terima kasihhhhh!!
Ngider-ngider nyari makanan dan minuman yang murah, yaa
intinya yang pakai nasi. Namun sayang, apa yang kita cari murah, pakai nasi itu
sulit. Pokoknya makannya nggak boleh lebih dari RM5 per porsi. Lalu, kita coba
cari MCD ato KFC yaa yang standar lah, keliling-keliling nggak nemu pun di mana
KFC & MCD itu. Udah nanya, baca pentunjuk tapi tak adaaa.. hoaaaaa..
laafffarrrrrr!! Lalu sebuah keajaiban terjadi setelah puter-puter, balik lagi
ke tempat asal, ke sana kemarin, ada Mbak-mbak yang kasih tahu pas kita tanya,
kalau KFC ada di depan gedung ini, di sebelah kanan. Gitu katanya. Yo wes, kita
nurut. Turun dari eksalator dan keluar dari mall itu. Nengok ke kanan, mana ini
KFC nya? Maannnnnaaaaaa!!!! Kembali di PHP. Astagah!
Semesta masih sayang banget sama anak-anak hilang ini,
akhirnya kami menemukan sebuah plang gede bertuliskan KFC di seberang jalan. Berasa
seperti lihat oase di padang pasir deh. Nyesss banget nih mata. Ungungnya itu
bukan fatamorgana, jadinya kami langsung nyebrang aja, bodo amat cari-carian
jembatan penyebrangan, kalau udah laper, kita bisa jadi preman JKT nih hahah.
Langsung aja nyebrang dengan naikin tangan ke atas biar pada dilihat.
Masuk ke dalam dan menu KFC itu berasa surgaaaa banget.
Langsung deh kita pilih menu kombo 5 yang udah ada nasi, ayam, lemon tea, dan
saladnya. Trus saking lapernya , kita ampe teriak pas abangnya nanya.
ABANG KFC : “ Chicken, spicy or not?”
KITA : “PICYYYYYY... !!” ( pake toa secara bersama-sama)
ABANG KFC : “Wow.. relax, santaii..”
KITA : “Gimana bisa santai, kita lafarrrrr!”
Dan setelah siap semua pesenan kita, kita mulai makan. Oia,
jangan harap di sini makan saus sambel itu kayak pedesnya sambel ABC yak, jauh
bedaaaa.. malah nggak pedes-pedesnya. Ini sambel ato saus tomat? Padahal katanya,
saus sambal, saus Thailand, cih Cckckck.. langsung aja kita keluarin peralatan
tempur makan kita. BON CABE level 15, Sambel ROA khas Palu – kampung halaman
saya, dan bawang goreng super crunchy khas Palu juga. Wiihhh, berasa makan di
Indonesia. Tinggal naikin kaki aja nih di atas kursi hihihi.. berasa di warteg.
Tau nggak kalau kita makan udah kayak ayam gitu. Berantakan
banget hahaha.. Maap. Kalo udah kalap yaa lupa daratan hihi. Pas selesai, kita
mulai cari jalan pulang. Karna katanya untuk menaiki bus lokal lagi harus
melalui Mahkota Parade Mall dan ternyata mall itu adalah mall tempat KFC ini.
Alhamdulillah. Langsung baca petunjuk lagi, katanya ada di belakang mall ini
lokasi nunggu bus lokalnya langsung deh nyari bagian belakangnya di mall ini.
Duh, susah banget deh, udah nanya sama om-om bule yang kayaknya si polisi di
sini tapi masa iya sih, kecakepan amat hahah. Trus dia kasih nunjuk dan kita harus melewati
departemen store nya gitu dan keluar dari belakang. Tengok kanan, tengok kiri, ini
di mana nunggunya. Ya udah kita ikutin deh ke mana mobil pergi. Dan kita
akhirnya menuju jalan besar setelah dapat informasi dari Pak Cik yang ada di
dalam mobil. Yaa seperti biasa, kita nanya-nanya gitu di mana halte untuk
nunggu bus ke Terminal Malaka Sentral.
Komce : “ Maaf, Pak Cik. Bus Panorama Melaka yang ke Malaka
Sentral, di mana?”
Pak Cik : “ Oh, Panorama Melaka, tunggu di depan jalan sana,
after this traffic light and wait on the big three.”
Komce : “ Terima kasih.”
Dan Komce menginfokan hasil percakapannya ke kami.
Katanya kita tunggu di depan jalan sana, perempatan itu tuh
yang ada lampu merahnya dan ada pohon besar.
Oke, saat itu kita emang lihat ada pohon besar. Tapi, nggak
besar-besar amat kayak di Indonesia. Mungkin bagi warga Melaka itu udah
termasuk pohon besar. Okey, aminin aja.
Pas nyebrang, yaa foto lagi. Susah sih punya diri narsis
beserta teman-teman yang lain. Hahah, jadi di mana aja foto. Dan akhirnya kita
nunggu tepat di halte seberang sebuah rumah sakit Mahkota Oia, pas nyebrang
tadi, kita sempat liat bus Panorama lewat, tapi sayang kita nggak keburu bisa
ngejar. Ya udah kita nunggu aja.
15 menit berlalu, bus tak kunjung datang,
30 menit berlalu, bus tak kunjung datang
Gue : “ Ini bus nya ke mana sih? Ini beneran kan tunggu di
sini?”
Komce : “ Iya, lah tadi kan kita liat ada bus itu lewat.”
Gue : “ Iya sih, tapi kok lama amat?”
45 menit berlalu, bus tak kunjung datang
Gue : “ Eh, tapi beneran kan kita harus nunggu di sini?”
Komce : “ iya, tadi si bapaknya bilang, kita nunggu di
seberang jalan, dan dekat big three,”
Gue : “ Tunggu.. big three yang di maksud itu beneran pohon
besar, ato merek dagang?”
Komce : “ Wah, tau deh.. soalnya pohon besar di sini nggak
ada juga?”
Dan semuanya mulai khawatir karna bus tak kunjung datang.
Akhirnya saya buka lagi tuh itinerary dan baca informasi di situ, kalau nggak
salah emang sih ada sebuah blog yang bilang, busnya itu lama banget datangnya.
Bisa satu jam-an nunggunya. Buseett.
Ya udah, kita akhirnya nunggu lagi, padalah udah jam 6 lewat
lho, tapi masi terang aja nih Melaka. Mobil udah pada lewat ke sana kemari,
kita udah pada diliatin orang, karna Cuma kita doang yang nunggu di situ.
Hayaahhh! Lalu, kita tanya lagi ke Pak Cik yang lewat buat mastiin kalau kita
emang benar harus tunggu di sini. Dan Pak Cik bilang emank bener. Oke aman,
lalu kami nunggu sambil ngalor ngidul ngomongin ini kenapa di Melaka burung
gagaknya banyak amat. Udah kayak burung merpati yang terbang ke sana kemari.
Rada ngeri juga sih, berasa kayak ada yang mo meninggal gitu. Apalagi bunyinya.
Dan saking lamanya juga, kita sampe bilang kalo sampai ini bus nggak
lewat-lewat yaa di samping rumah sakit Mahkota itu kan ada hotel, yaa apesnya
yaa harus nginep.
Tapi, untungnya semesta masih mendukung, bus Panorama
Melakanya lewaattt, dan kita bersorak-sorak
“ Pak Cikkkk!! Tungguuuuu!!!
Kami lari menuju bus itu berhenti, kebetulan lagi lampu merah
Cuma jauh dari tempat kami nunggu di halte tadi. Akhirnya kami bisa naik pakai
cara naik versi naik Kopaja dan Metromini di JKT, terobos lalu lintas. Bodo
amat, kita udah hampir hopeless nungguin Pak Cik ini. Dan cek per cek, ternyata
Pak Cik yang bawa kita adalah Pak Cik driver yang nganterin kita ke Bangunan
Merah siang tadi lho. Saya curiga jangan-jangan Cuma satu aja nih bus kota nya.
Ampun deehhh... Abis pulang pergi nemu supir yang sama hahah.
Waktu sudah menujukan pukul 6.45 dan sunsetnya keceh deh,
soalnya kan dekat laut, jadi mataharinya itu pol banget pas senja. Dan tepat di
jam 7 kami sampai di Terminal Melaka Sentral. Beli tiket yang ada di dalam
terminal itu seharga RM 12 per orang ( lebih mahal RM 1 dari waktu kita
berangkat tadi di TBS), ya udah nggak perlu nego, saat ini kami mau cepet
pulang hahah. Di tiket informasinya naik bus Konsorsium tujuan TBS dan waktu
ETD : jam 19.20, Dan lagi-lagi, di waktu tsb matahari baru mulai gelap ckckck..
Lama amat gelapnya Bus berangkat tepat waktu, dan sepajang perjalanan kami
semua tertidur. Capeekk!
Kami sampai jam 21.30 di TBS, langsung ngacir ke connecting
brigde buat ngejar kereta ke KL Sentral. Dan di jam segitu ternyata hujan
deras. Nungguin kereta sekitar 30 menit dan akhirnya sampai di KL Sentral jam
22.30. Lapar karna belum makan, akhirnya kami mampir dulu ke Sevel buat beli cup
mie gitu. Saya yang beli katanya super pedas, ayo dicoba pedes beneran ato
nggak. Dan keuntungan mampir dulu ke Sevel adalah nemu kasir Sevel yang berasa
kayak cowok latin gitu. Padahal berdarah India lho, tapi kok keceh banget sih,
uhuy!
Akhirnya kami sampai di hotel dan mulai makan cup mie sambil
ngitungin uang siapa aja yang kepake saat perjalanan hari ini. Dan setelah
sidang pembagian uang berakhir, kami tidur di jam 1 malam dalam kondisi besok
harus melanjutkan ke Genting Highland. Hajarrrr!!!
XoXo
Vindri Prachmitasari
0 comments