Satu kata yang selalu tertanam di otak saat membaca dongeng-dongeng dari negeri antah berantah adalah " Happily Ever After - Hidup bahagia selamanya ." Mungkin untuk ukuran dongeng seperti itu. Kehidupan itu pasti berjalan sesuai yang diharapkan dan di inginkan, karna di dongeng itu ada sosok peri yang selalu membantu jika seseorang ditimpa masalah dan mampu membalikkan kehidupan berjalan normal kembali.

Tapi sayangnya,  In the Real world, there is no fairy who can help you to solve your problem. Bahkan di kehidupan nyata manusia itu harus berusaha untuk menghidupkan khayalannya tentang kata " Happily Ever After " tersebut karna  hidup itu tidak seindah yang dibayangkan dan di harapkan. Semua problematika kehidupan seakan-akan bersiap-siap untuk menerkam. Seakan-akan tidak membiarkan manusia itu hidup sesuai apa yang di inginkannya.  Bahkan problem tersebut mampu membuat manusia itu ingin mengakhiri hidupnya. Sehingga  di sini manusia itu di tuntut untuk berlaku seperti peri yang bisa dengan cepat mampu mengatasi masalah yang menimpanya.

Disinilah otak manusia itu di tuntut untuk tetap berjalan. Tidak berhenti saat masalah itu datang menyapa. Karna hidup itu keras. Semua aspek kehidupan itu penuh dengan masalah, penuh dengan hambatan, penuh dengan airmata dan pertumpahan darah.

Tidak heran memang, jika beberapa orang menganggap bahwa life is a bitch, so damn bitch, and more than just a bitch ! Then you die..!! See??  Karna memang kehidupan itu suka bertindak tidak sopan pada penghuninya. Tidak adil.  Suka melukai perasaan penghuninya. Mampu menghancurkan semua harapan hanya karna satu hal saja. Memutar balik kehidupan dengan sekenanya dan bahkan mampu membunuh penghuninya.

Namun, bayangkan tanpa ke bitchy-an dari hidup itu, kehidupan itu tidak berwarna, tidak dimanis, dan tidak enak untuk di tinggali. Justru karna ke bitchy-an itulah, life is worth for a living. Life is more colurfull when a bitch touch it. Karna dari ke-bitchy-an hidup itu lah,  kita jadi belajar untuk menghargai hidup dan berusaha untuk menjadi lebih baik.

30th January 2011.

Self motivation.